MAKALAH
“PROBLEMATIKA DALAM PEMBELAJARAN IPS
SD”
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi
Mata Kuliah Pendidikan IPS Terpadu
Dosen Pengumpu:
Heri Maria, S. Pd., M. Pd
Disusun
Oleh :
Yunita
Arumsari 3I/ (2016015377)
Siti
Fatimah 3I/ (2016015383)
Riski
Indah Sari 3I/ (2016015384)
Yogi
Oktavianto 3I/ (2016015388)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH
DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Pertama-tama
marilah kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat
karunia-Nya, penulisan makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Alhamdulilah
dengan semangat yang tinggi pula merupakan modal bagi kami untuk dapat
menyelesaikan makalah ini.
Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan pengetahuan tentang permasalahan
dalam pembelajaran IPS SD dalam Pendidikan IPS Terpadu SD. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat yang banyak bagi oranglain dan kami sendiri.
Dalam
penulisan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada segala pihak yang telah
ikut serta membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya
dan kami memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini masih ada kesalahan.
Karena sesungguhnya kami sadari bahwa, tidak ada satupun yang sempurna didunia
ini kecuali Allah SWT yang telah menciptakan alam semesta dan isinya.
Kami
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna untuk para pembaca.
Kami juga dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun guna
untuk memperbaiki setiap kekurangan dari makalah ini.
Yogyakarta, 18 September 2017
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan IPS memiliki peranan besar dalam pembangunan bangsa oleh para
generasi penerus. Kualitas pendidikan IPS yang baik tentu akan mencetak individu-individu
yang dapat memajukan bangsanya. Untuk mencapai hal tersebut, maka dibutuhkan
peran guru dan siswa secara maksimal guna meningkatkan mutu pendidikan.
Guru berperan penting selama proses pendidikan. Guru harus bisa membangun
interaksi yang mendalam dengan siswa agar tercipta suasana belajar yang
kondusif. Begitupun peran penting siswa dalam proses pembelajaran. Siswa
dituntut aktif dalam interaksi proses pembelajaran. Jika terjadi keseimbangan
peran guru dan siswa, maka bukan tidak mungkin suatu pendidikan yang
berkualitas akan terbentuk.
Namun kenyataannya, peran guru dalam pembelajaran IPS di Sekolah
Dasar masih menggunakan metode ceramah dan
pemberian tugas. Selain itu, cara belajar siswa masih menggunakan hafalan yang hanya bertahan dalam waktu yang sementara. Pembelajaran hanya dianggap sebuah proses transfer informasi dari guru dan tidak ada
reaksi dari siswa. Sehingga proses belajar mengajar menjadi monoton dan siswa
pun cenderung dan terbiasa pasif di dalam kelas
B. Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah yang dapat kami susun adalah sebagai berikut:
1.
Apa definisi pendidikan IPS?
2.
Mengapa pelajaran IPS perlu diberikan di SD?
3.
Apa problematika dalam pembelajaran IPS SD?
4. Bagaimana
solusi untuk mengatasi problematika dalam pembelajaran IPS SD?
C. Tujuan Manfaat dan Penulisan Makalah
Adapun manfaat dan tujuan dari penulisan
ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui definisi pendidikan IPS.
2.
Untuk mengetahui alasan perlunya pembelajaran IPS
di SD.
3.
Untuk mengetahui problematika dalam pembelajaran
IPS SD.
4. Untuk
mengetahui solusi untuk mengatasi problematika dalam pembelajaran IPS SD.
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Pendidikan IPS
Pendidikan IPS terdiri dari dua kata yaitu
pendidikan dan IPS. Pendidikan mengandung pengertian suatu perbuatan yang
disengaja untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari
tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya. Selanjutnya untuk
memahami pengertian pendidikan, silahkan Anda perhatikan definisi pendidikan
yang dirumuskan dalam pasal 1 undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional berikut ini :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pengertian IPS merujuk pada kajian yang memusatkan
perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Berbagai dimensi manusia dalam
kehidupan sosialnya merupakan fokus kajian dari IPS. Aktivitas manusia dilihat
dari dimensi waktu yang meliputi masa lalu, sekarang dan masa depan. Aktivitas
manusia yang berkaitan dalam hubungan dan interaksinya dengan aspek keruangan
atau geografis. Aktivitas sosial manusia dalam memenuhi segala kebutuhan
hidupnya dalam dimensi arus produksi, disitribusi dan konsumsi. Selain itu
dikaji pula bagaimana manusia membentuk seperangkat peraturan sosial dalam
menjaga pola interaksi sosial antar manusia dan bagaimana cara manusia
memperoleh dan mempertahankan suatu kekuasaan. Pada intinya, fokus kajian IPS
adalah berbagai aktivitas manusia dalam berbagai dimensi kehidupan sosial
sesuai dengan karakteristik manusia sebagai makhluk sosial (homo socius).
Ilmu
Pengetahuan Sosial atau socialstudies merupakan pengetahuan mengenai
segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat. Di Indonesia pelajaran
ilmu pengetauan sosial disesuaikan dengan berbagai prespektif sosial yang
berkembang di masyarakat. Kajian tentang masyarakat dalam IPS dapat dilakukan
dalam lingkungan yang terbatas, yaitu lingkungan sekitar sekolah atau siswa dan
siswi atau dalam lingkungan yang luas, yaitu lingkungan negara lain, baik yang
ada di masa sekarang maupun di masa lampau.
Somantri (Sapriya:2008:9)
menyatakan IPS adalah penyederhanaan atau disiplin ilmu ilmu sosial humaniora
serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah
dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.
Mulyono
Tj. (1980:8) berpendapat bahwa IPS adalah suatu pendekatan interdisipliner (inter-disciplinary
approach) dari pelajaran ilmu-ilmu soial, seperti sosiologi antropologi
budaya, psikologi sosial,sejarah, geografi, ekonomi, politik, dan sebagainya.
Saidiharjo
(1996:4) menyatakan bahwa IPS merupakan kombinasi atau hasil pemfusian
atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti:geografi, ekonomi,
sejarah,sosiologi,politik
Moeljono
Cokrodikardjo mengemukakan bahwa IPS adalah perwujudan dari suatu pendekatan
interdisipliner dari ilmu sosial. Ia merupakan integrasi dari berbagai cabang
ilmu sosial yakni sosiologi, antropologi budaya, psikologi, sejarah, geografi,
ekonomi, ilmu politik dan ekologi manusia, yang diformulasikan untuk tujuan
instruksional dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah
dipelajari.
Nasution
mendefinisikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi atau paduan sejumlah
mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian kurikulum sekolah
yang berhubungan dengan peran manusia dalam masyarakat yang terdiri atas
berbagai subjek sejarah,ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, dan
psikologi sosial.
Tim IKIP
Surabaya mengemukakan bahwa IPS merupakan bidang studi yang menghormati,
mempelajari, mengolah, dan membahas hal-hal yang berhubungan dengan masalah-masalah
human relationship hingga benarbenar dapat dipahami dan diperoleh pemecahannya.
Penyajiannya harus merupakan bentuk yang terpadu dari berbagai ilmu sosial yang
telah terpilih, kemudian disederhanakan sesuai dengan kepentingan sekolah sekolah.
Menurut
A.K. Ellis (1991), bahwa alasan dibalik diajarkannya IPS sebagai mata pelajaran
di sekolah karena hal-hal sebagai berikut:
1. IPS
memberikan tempat bagi siswa untuk belajar dan mempraktekan demokrasi.
2. IPS
dirancang untuk membantu siswa menjelaskan “dunianya”.
3. IPS
adalah sarana untuk pengembangan diri siswa secara positif.
4. IPS
membantu siswa memperoleh pemahaman mendasar (fundamental understanding)
tentang sejarah, geographi, dan ilmu-ilmu sosial lainnya.
5. IPS
meningkatkan kepekaan siswa terhadap masalah-masalah sosial.
Menurut kami
pelajaran IPS penting bagi siswa SD karena usia SD merupakan waktu yang tepat
untuk menanamkan nilai-nilai sosial untuk bekal mereka sebagai bagian dari
unsur masyarakat. Seluruh aspek-aspek sosial dalam masyarakat akan dimulai
ketika anak memasuki sekolah dasar. Seperti halnya anak mulai mengenal proses
demokrasi dalam pemilihan ketua dan pengurus kelas, mulai memberanikan diri
anak-anak untuk mengeksplorasi dunianya yang penuh dengan interaksi dengan
teman-teman yang lain. Kemudian mulai mengembangkan dirinya sesuai bakat,
minat, dan potensinya yang tentunya hal tersebut membutuhkan oranglain. Mereka
mulai memahami tentang sejarah, geografi, ekonomi yang dilihat dari hal-hal disekitar
anak-anak. Misalnya mengenai peristiwa kelahiran, tempat tinggal, dan pekerjaan
orangtua. Selanjutnya IPS juga sebagai langkah awal untuk melatih kepekaan pada
anak-anak yang tentunya dengan hal-hal kecil yang ada disekitar mereka. Seperti
menjenguk teman yang sakit dan saling melerai teman jika terlibat keributan.
Berdasarkan
hasil beberapa penelitian tentang pembelajaran IPS di SD, selama ini mata
pelajaran IPS dianggap sebagai mata pelajaran yang kurang penting dan dianggap
sebagai mata pelajaran nomor dua. Banyak pandangan menganggap mata pelajaran
IPS kurang menarik atau membosankan. Pembelajaran IPS dinilai monoton karena
hanya mengedepankan hafalan materi dan siswa tidak diberi kesempatan untuk menjelajah
dan mengetahui contoh konkrit dari
pembelajaran IPS. Berdasarkan penelitian Aziz (2004), tentang penerapan
pembelajaran IPS di kelas ditemukan bahwa penyebab kurang aktifnya peserta
didik dalam pembelajaran IPS disebabkan anatara lain; (1)selama ini dalam guru
mengajarkan dengan memberi contoh soan dan menyelesaikannya secara langsung,
serta tidak memberi kesempatan peserta didik menunjukkan idenya sendiri; (2)
pola pengajaran selama ini masih dengan tahapan memberikan informasi tentang
materi-materi (termasuk memotivasi secara informarif), memberikan contoh-contoh
dan berikutnya latihan-latihan; dan (3) dalam merencanakan penyelesaian masalah
tidak diajarkan strategi-strategi yang bervariasi atau yang mendororng
ketrampilan berpikir kreatif seperti membuat pertanyaan sendiri untuk kemudian
menemukan jawabannya.
Untuk
meningkatkan minat serta motivasi peserta didik dalam pembelajaran IPS di SD,
ada berbagai hal yang seyogyanya dipersiapkan oleh pendidik. Dunia pendidikan
dewasa ini telah memasuki era dimana perubahan mendasar berbagai pandangan
tentang pendidikan muncul dan menjamur serta disambut dengan penemuan berbagai
gagasan, strategi, metode, pendekatan, model, media, dan sarana lainnya yang
memudahkan pendidik dalam merealisasikan tujuan pendidikan.
Pembelajaran IPS di SD yang selama ini
dianggap membosankan, kurang menarik dan memotivasi peserta didik, lebih banyak
dikarenakan guru pada umumnya masih menerapkan model pendidikan lama yang masih
bersifat teacher center. Sedangkan
tuntutan model pendidikan baru adalah agar proses pembelajaran lebih menekankan
ketertiban peserta didik secara penuh, aktif dan mandiri atau bersifat student center.
Hal-hal yang harus menjadi perhatian dalam sudut
pandang pendidik dalam penyelenggaraan pembelajaran dikelas terutama
pembelajaran IPS adalah guru hendaknya mampu :
1. Perlunya Perubahan Mendasar Dalam Implementasi
Pembelajaran IPS di Kelas
Agar peserta didik terlibat secara aktif dalam
pembelajaran, hendaknya guru menguasai berbagai strategi, model, metode maupun
media terbaru yang relevan dengan kondisi di kelas. Dengan penerapan berbagai
gagasan baru tersebut, diharapkan aktivitas belajar peserta didik akan
meningkat. Terutama dalam pembelajaran IPS di SD.
Peserta didik akan memperoleh lebih banyak dari
hasil proses pembelajaran apabila belajar dilakukan dengan proses yang kreatif
dan menyenangkan. Hal ini tidak terjadi apabila pembelajaran masih menggunakan
pandangan lama, yaitu pembelajaran yang dilakukan melalui jadwal yang ketat dan
penuh disiplin.
Dalam proses belajar aktif, peserta didik
diharapkan mampu memilih strategi dan sumber belajar yang tepat berdasarkan
kesadarannya akan perkembangan belajarnya. Akan tetapi dalam proses mengelola
proses belajar itu, sebagai seorang yang belum berpengalaman, peserta didik
membutuhkan dukungan atau bantuan dari orang yang lebih dewasa atau lebih
berpengalaman agar proses belajar peserta didik lebih terarah. Segala upaya dan
cara untuk membantu peserta didik meningkatkan kemampuan perkembangan
belajarnya inilah yang disebut sebagai scaffolding.
2. Menerapkan Pembelajaran Konstruktivis dengan
Pendekatan Kontekstual
Pandangan
konstruktivisme berpendapat bahwa, pada dasarnya belajar dilakukan melalui
konstruksimpeserta didik terhadap pengalaman belajar. Informasi yang diperoleh
dalam proses belajar dikonstruksi oleh masing-masing peserta didik dengan
dikaitkan kembali dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki
sebelumnya. Jadi implikasinya adalah, bahwa dalam proses pembelajaran,
hendaknya pengalaman atau informasi baru disampaikan dengan mengaitkan berbagai
hal yang sudah familiar dalam kehidupan sehari-hari peserta didik, atau
menjalinkannya dengan pengalaman hidup sehari-hari. Pendekatan ini disebut
pembelajaran kontekstual.
Belajar adalah tentang bagaimana
mengkonstruksi pengetahuan. Belajar bukan hanya sekedar tentang mendapatkan dan
mengorganisasikan informasi, tetapi lenih bagaimana informasi itu bisa lebih
bermakna bagi peserta didik. Implikasinya bahwa dalam pembelajaran, peserta
didkklah yang seharusnya lebih aktif mengkonstruksi pengetahuan yang mereka
dapatkan sendiri. Guru dalam hal ini hanya sekedar mendampingi untuk
mengarahkan dan memfasilitasi peserta didik dalam proses menemukan dan mengolah
informasi dari proses pembelajaran. Proses belajar harus menyenangkan dan
kreatif serta dikontekstualisasikan dengan kehidupan peserta didik sehari-harinya
(Joyce, 2002).
3. Terlibat
Secara Emosional
Perilaku
guru dalam membangun interaksi dengan peserta didik juga menentukan keaktifan
peserta didik di kelas. Peserta didik adalah makhluk sosial, oleh karenanya
secara otomatis akan merespon interaksi berdasarkan implus emosional yang
diberikan. Meskipun strategi dan model pembelajaran yang sama, namun apabila
dibawakan oleh guru yang berbeda, maka akan membawa hasil yang berbeda pula.
Pendidik
harus memberikan kepercayaannya kepada peserta didik agar mereka juga
memberikan kepercayaan kepada pendidik untuk membimbing proses belajar mengajar
mereka. Dalam prinsip Quantum Teaching hal ini disebut sebagai jembatan keledai
atau mnemonic (De Porter, 2002). “masukkan dunia peserta didik ke dunia anda
dan antarkan dunia anda ke dunia peserta didik”. Dengan memegang prinsip
tersebut, berarti pendidik hendaknya membangun komunikasi emosional yang erat
dengan peserta didik.
Prinsip
pembelajaran Quantum Teaching yang berdasar keterlibatan secara emosional ini,
dapat dilakukan dengan cara merancang seting pembelajaran yang disesuaikan
dengan dunia peserta didik sebagai dunia anak-anak dan dunia remaja. Guru
hendaknya dapat menunjukkan sikap yang tulus untuk membantu peserta didik.
Prinsip pembelajaran ini, guru dituntut untuk memiliki kecerdasan kognitif (IQ)
yang bagus untuk mengelola pembelajaran dan kecerdasan emosional (EQ) yang
bagus untuk memahami karakter peserta didik sehingga mampu menciptakan sikap
yang tepat dalam proses belajar mengajar.
4. Melibatkan
Peserta Didik Dalam Semua Proses dan Aktivitas
Dengan
keterlibatan peserta didik secara penuh dalam semua proses pembelajaran, pada
gilirannya akan semakin meningkatkan perasaan harga diri peserta didik (Self-efficacy). Melalui keyakinan
seseorang yang kuat akan kemampuannya untuk mengerjakan tugas-tugas dalam
proses belajar mengajar, memungkinkan untuk memberikan dorongan yang lebih
kepada seseorang dalam pencapaian hasil belajar lebih maksimal. Self-efficacy akan semakin meningkatkan
minat, motivasi dan keaktifan seseorang dalam proses pembelajaran.
5. Melibatkan
Semua Modalitas
Peserta
didik pasti memiliki latar belakang psikologis, mental, religiusitas dan latar
belakang sosial yang berbeda-beda. Dalam proses belajar mengajar peserta didik
memiliki Modalitas Belajar masing-masing yang berbeda, yaitu modalitas Visual,
Auditorial, dan Kinestetik.
Modalitas
visual adalah kecerendungan dimana peserta didik lebih mudah memahami
pengalaman baru melalui bentuk visual, gambar, video, lanskap, bagan, dan
sebagainya. Modalitas auditorial adalah kecerendungan dimana peserta didik
lebih mudah memahami pengalaman belajar melalui proses mendengarkan, baik
ceramah, music maupun diskusi. Sedangkan modalitas kinestetik yaitu kecerendungan
dimana peserta didik lebih mudah belajar melalui rangsangan gerak tubuh. Untuk
merangsang minat, motivasi, dan keaktifan belajar peserta didk, maka proses
pembelajaran hendaknya melibatkan semua aspek modalitas.
6.
Membelajarkan Bagaimana Cara Belajar
Guru
hendaknya bukan hanya mengajarkan tentang materi pembelajaran, akan tetapi juga
dapat membelajarkan bagaimana cara belajar. Peserta didik dilatih untuk
memiliki keterampilan belajar seperti bagaimana cara mencatat dan membaca buku
yang efektif, bagaimana mengelola informasi, bagaimana membuat peta konsep,
bagan, rancangan dan menulis laporan yang baik, bagaimana cara mencari dan
memanfaatkan sumber belajar di sekitar lingkungan peserta didik dan sebagainya.
7.
Menggunakan Assesment yang Autentik
Pada Semua Aspek
Tujuan
pendidikan adalah dapat mencetak generasi yang memiliki pengetahuan yang bagus,
mengembangkan sikap dan karakter peserta didik serta keterampilan sosial yang
bagus, untuk membentuk jati diri sebagai manusia Indonesia.
Untuk
mencapai tujuan tersebut, maka dalam pembelajaran hendaknya memperhatikan
proses kognitif, perkembangan sikap, karakter, dan pencapaian keterampilan
sosial. Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar, assessment yang
digunakan mampu menggambarkan perkembangan tiga ranah sekaligus, baik Kognitif,
Afektif, maupun Psikomotor. Assesment yang digunakan dengan melihat ketiga
ranah ini disebut assessment autentik.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa dalam pembelajaran IPS di SD memiliki beberapa problematika
yang perlu dicari solusinya sebagai calon pendidik. Berbagai problematika yang
dihadapi dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, seperti kurangnya minat dan
keaktifan peserta didik, anggapan bahwa IPS sebagai pelajaran yang tidak
penting dan membosankan, sebenarnya disebabkan karena penerapan pendekatan
dalam pembelajaran yang masih menganut cara lama, yakni teacher center. Solusi untuk menyelesaikan berbagai problematika
tersebut adalah dengan menerapkan pembelajaran konstruktivis dengan pendekatan
kontekstual yang sangat memungkinkan kreatifitas para peserta didik dapat
berkembang dengan lebih baik. Selain itu guru juga harus memperhatikan
perbedaan individu dengan melibatkan seluruh modalitas belajar, baik secara
visual, auditorial, dan kinestetik. Sehingga peserta didik dengan latar
belakang yang berbeda akan lebih mudah memahami proses pembelajaran. Guru juga
dituntut mampu membangun hubungan interpersonal secara lebih dekat dan melibatkan peserta didik secara emosional
untuk menarik minat dan kepercayaan peserta didik. Untuk keberhasilan dalam
proses belajar mengajar, guru juga harus mengajarkan bagaimana cara belajar
yang baik dan benar. Kemudian terakhir proses belajar mengajar juga hendaknya
menggunakan assessment yang sesuai. Assesmen autentik merupakan model evaluasi
dan penilaian hasil belajar untuk diterapkan dengan berbagai pendekatan dan
strategi pembelajaran.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan diatas, saran yang
dapat diambil sebagai calon pendidik adalah dengan memperhatikan pembahasan
yang sudah disebutkan. Dengan memperhatikan berbagai fenomena problematika
dalam pembelajaran IPS di SD, sebagai calon pendidik hendaknya kita belajar dan
memahami berbagai solusi diatas agar nantinya kita dapat menerapkan proses
belajar mengajar yang baik dalam pembelajaran IPS SD maupun di mata pelajaran
yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Problematika dalam Pembelajaran IPS di SD. (2015). Prosiding
Nasional Seminar dan Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah, 129-136.
Ramadhani, P. P. (2015, Mei 30). Pendidikan
IPS : Problematika Pembelajaran IPS di Sekolah-Guru. Retrieved from
MALACHITE: https://putripusparamadhani.wordpress.com/2015/05/30/pendidikan-ips-problematika-pembelajaran-ips-di-sekolah-guru/
Lucky Club Casino Site - Lucky Club Live
ReplyDeleteLucky Club is a casino of choice for you to enjoy, and it is located in the heart of the South African gambling world. This online luckyclub.live gaming company is located