Friday 22 September 2017

Problematika dalam Pembelajaran IPS SD



MAKALAH
“PROBLEMATIKA DALAM PEMBELAJARAN IPS SD”
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Pendidikan IPS Terpadu
Dosen Pengumpu:
Heri Maria, S. Pd., M. Pd



Disusun Oleh :
Yunita Arumsari       3I/ (2016015377)
Siti Fatimah               3I/ (2016015383)
Riski Indah Sari        3I/ (2016015384)
Yogi Oktavianto        3I/ (2016015388)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA
2017


KATA PENGANTAR

                                                                                     
Pertama-tama marilah kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat karunia-Nya, penulisan makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Alhamdulilah dengan semangat yang tinggi pula merupakan modal bagi kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan pengetahuan tentang permasalahan dalam pembelajaran IPS SD dalam Pendidikan IPS Terpadu SD. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang banyak bagi oranglain dan kami sendiri.
Dalam penulisan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada segala pihak yang telah ikut serta membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya dan kami memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini masih ada kesalahan. Karena sesungguhnya kami sadari bahwa, tidak ada satupun yang sempurna didunia ini kecuali Allah SWT yang telah menciptakan alam semesta dan isinya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna untuk para pembaca. Kami juga dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun guna untuk memperbaiki setiap kekurangan dari makalah ini.
                                                                                                                          
                                                                                 Yogyakarta, 18 September 2017


                                                                                                    Penulis





















BAB I PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah

Pendidikan IPS memiliki peranan besar dalam pembangunan bangsa oleh para generasi penerus. Kualitas pendidikan IPS yang baik tentu akan mencetak individu-individu yang dapat memajukan bangsanya. Untuk mencapai hal tersebut, maka dibutuhkan peran guru dan siswa secara maksimal guna meningkatkan mutu pendidikan.
Guru berperan penting selama proses pendidikan. Guru harus bisa membangun interaksi yang mendalam dengan siswa agar tercipta suasana belajar yang kondusif. Begitupun peran penting siswa dalam proses pembelajaran. Siswa dituntut aktif dalam interaksi proses pembelajaran. Jika terjadi keseimbangan peran guru dan siswa, maka bukan tidak mungkin suatu pendidikan yang berkualitas akan terbentuk.
Namun kenyataannya, peran guru dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar masih menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas. Selain itu, cara belajar siswa masih menggunakan hafalan yang hanya bertahan dalam waktu yang sementara.  Pembelajaran hanya dianggap sebuah proses transfer informasi dari guru dan tidak ada reaksi dari siswa. Sehingga proses belajar mengajar menjadi monoton dan siswa pun cenderung dan terbiasa pasif di dalam kelas

B.     Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat kami susun adalah sebagai berikut:
1.      Apa definisi pendidikan IPS?
2.      Mengapa pelajaran IPS perlu diberikan di SD?
3.      Apa problematika dalam pembelajaran IPS SD?
4.       Bagaimana solusi untuk mengatasi problematika dalam pembelajaran IPS SD?

C.    Tujuan Manfaat dan Penulisan Makalah

Adapun manfaat dan tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

1.      Untuk mengetahui definisi pendidikan IPS.
2.      Untuk mengetahui alasan perlunya pembelajaran IPS di SD.
3.      Untuk mengetahui problematika dalam pembelajaran IPS SD.
4.       Untuk mengetahui solusi untuk mengatasi problematika dalam pembelajaran IPS SD.

















BAB II PEMBAHASAN


A.        Definisi Pendidikan IPS


Pendidikan IPS terdiri dari dua kata yaitu pendidikan dan IPS. Pendidikan mengandung pengertian suatu perbuatan yang disengaja untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi  mengerti dan sebagainya. Selanjutnya untuk memahami pengertian pendidikan, silahkan Anda perhatikan definisi pendidikan yang dirumuskan dalam pasal 1 undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional berikut ini :

 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pengertian IPS merujuk pada kajian yang memusatkan perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Berbagai dimensi manusia dalam kehidupan sosialnya merupakan fokus kajian dari IPS. Aktivitas manusia dilihat dari dimensi waktu yang meliputi masa lalu, sekarang dan masa depan. Aktivitas manusia yang berkaitan dalam hubungan dan interaksinya dengan aspek keruangan atau geografis. Aktivitas sosial manusia dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya dalam dimensi arus produksi, disitribusi dan konsumsi. Selain itu dikaji pula bagaimana manusia membentuk seperangkat peraturan sosial dalam menjaga pola interaksi sosial antar manusia dan bagaimana cara manusia memperoleh dan mempertahankan suatu kekuasaan. Pada intinya, fokus kajian IPS adalah berbagai aktivitas manusia dalam berbagai dimensi kehidupan sosial sesuai dengan karakteristik manusia sebagai makhluk sosial (homo socius).    
Ilmu Pengetahuan Sosial atau socialstudies merupakan pengetahuan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan  masyarakat. Di Indonesia pelajaran ilmu pengetauan sosial disesuaikan dengan berbagai prespektif  sosial yang berkembang di masyarakat. Kajian tentang masyarakat dalam IPS dapat dilakukan dalam lingkungan yang terbatas, yaitu lingkungan sekitar sekolah atau siswa dan siswi atau dalam lingkungan yang luas, yaitu lingkungan negara lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa lampau.
Somantri (Sapriya:2008:9) menyatakan IPS adalah penyederhanaan atau disiplin ilmu ilmu sosial humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.
Mulyono Tj. (1980:8) berpendapat bahwa IPS adalah suatu pendekatan interdisipliner (inter-disciplinary approach) dari pelajaran ilmu-ilmu soial, seperti sosiologi antropologi budaya, psikologi sosial,sejarah, geografi, ekonomi, politik, dan sebagainya.
Saidiharjo (1996:4)  menyatakan bahwa IPS merupakan kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti:geografi, ekonomi, sejarah,sosiologi,politik
Moeljono Cokrodikardjo mengemukakan bahwa IPS adalah perwujudan dari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. Ia merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial yakni sosiologi, antropologi budaya, psikologi, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik dan ekologi manusia, yang diformulasikan untuk tujuan instruksional dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah dipelajari.
Nasution mendefinisikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi atau paduan sejumlah mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian kurikulum sekolah yang berhubungan dengan peran manusia dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai subjek sejarah,ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial.
Tim IKIP Surabaya mengemukakan bahwa IPS merupakan bidang studi yang menghormati, mempelajari, mengolah, dan membahas hal-hal yang berhubungan dengan masalah-masalah human relationship hingga benarbenar dapat dipahami dan diperoleh pemecahannya. Penyajiannya harus merupakan bentuk yang terpadu dari berbagai ilmu sosial yang telah terpilih, kemudian disederhanakan sesuai dengan kepentingan sekolah sekolah.

Menurut A.K. Ellis (1991), bahwa alasan dibalik diajarkannya IPS sebagai mata pelajaran di sekolah karena hal-hal sebagai berikut:
1.      IPS memberikan tempat bagi siswa untuk belajar dan mempraktekan demokrasi.
2.      IPS dirancang untuk membantu siswa menjelaskan “dunianya”.
3.      IPS adalah sarana untuk pengembangan diri siswa secara positif.
4.      IPS membantu siswa memperoleh pemahaman mendasar (fundamental understanding) tentang sejarah, geographi, dan ilmu-ilmu sosial lainnya.
5.      IPS meningkatkan kepekaan siswa terhadap masalah-masalah sosial.
Menurut kami pelajaran IPS penting bagi siswa SD karena usia SD merupakan waktu yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai sosial untuk bekal mereka sebagai bagian dari unsur masyarakat. Seluruh aspek-aspek sosial dalam masyarakat akan dimulai ketika anak memasuki sekolah dasar. Seperti halnya anak mulai mengenal proses demokrasi dalam pemilihan ketua dan pengurus kelas, mulai memberanikan diri anak-anak untuk mengeksplorasi dunianya yang penuh dengan interaksi dengan teman-teman yang lain. Kemudian mulai mengembangkan dirinya sesuai bakat, minat, dan potensinya yang tentunya hal tersebut membutuhkan oranglain. Mereka mulai memahami tentang sejarah, geografi, ekonomi yang dilihat dari hal-hal disekitar anak-anak. Misalnya mengenai peristiwa kelahiran, tempat tinggal, dan pekerjaan orangtua. Selanjutnya IPS juga sebagai langkah awal untuk melatih kepekaan pada anak-anak yang tentunya dengan hal-hal kecil yang ada disekitar mereka. Seperti menjenguk teman yang sakit dan saling melerai teman jika terlibat keributan.

Berdasarkan hasil beberapa penelitian tentang pembelajaran IPS di SD, selama ini mata pelajaran IPS dianggap sebagai mata pelajaran yang kurang penting dan dianggap sebagai mata pelajaran nomor dua. Banyak pandangan menganggap mata pelajaran IPS kurang menarik atau membosankan. Pembelajaran IPS dinilai monoton karena hanya mengedepankan hafalan materi dan siswa tidak diberi kesempatan untuk menjelajah dan  mengetahui contoh konkrit dari pembelajaran IPS. Berdasarkan penelitian Aziz (2004), tentang penerapan pembelajaran IPS di kelas ditemukan bahwa penyebab kurang aktifnya peserta didik dalam pembelajaran IPS disebabkan anatara lain; (1)selama ini dalam guru mengajarkan dengan memberi contoh soan dan menyelesaikannya secara langsung, serta tidak memberi kesempatan peserta didik menunjukkan idenya sendiri; (2) pola pengajaran selama ini masih dengan tahapan memberikan informasi tentang materi-materi (termasuk memotivasi secara informarif), memberikan contoh-contoh dan berikutnya latihan-latihan; dan (3) dalam merencanakan penyelesaian masalah tidak diajarkan strategi-strategi yang bervariasi atau yang mendororng ketrampilan berpikir kreatif seperti membuat pertanyaan sendiri untuk kemudian menemukan jawabannya.
          Untuk meningkatkan minat serta motivasi peserta didik dalam pembelajaran IPS di SD, ada berbagai hal yang seyogyanya dipersiapkan oleh pendidik. Dunia pendidikan dewasa ini telah memasuki era dimana perubahan mendasar berbagai pandangan tentang pendidikan muncul dan menjamur serta disambut dengan penemuan berbagai gagasan, strategi, metode, pendekatan, model, media, dan sarana lainnya yang memudahkan pendidik dalam merealisasikan tujuan pendidikan.
          Pembelajaran IPS di SD yang selama ini dianggap membosankan, kurang menarik dan memotivasi peserta didik, lebih banyak dikarenakan guru pada umumnya masih menerapkan model pendidikan lama yang masih bersifat teacher center. Sedangkan tuntutan model pendidikan baru adalah agar proses pembelajaran lebih menekankan ketertiban peserta didik secara penuh, aktif dan mandiri atau bersifat student center.



Hal-hal yang harus menjadi perhatian dalam sudut pandang pendidik dalam penyelenggaraan pembelajaran dikelas terutama pembelajaran IPS adalah guru hendaknya mampu :

1.      Perlunya Perubahan Mendasar Dalam Implementasi Pembelajaran IPS di Kelas
Agar peserta didik terlibat secara aktif dalam pembelajaran, hendaknya guru menguasai berbagai strategi, model, metode maupun media terbaru yang relevan dengan kondisi di kelas. Dengan penerapan berbagai gagasan baru tersebut, diharapkan aktivitas belajar peserta didik akan meningkat. Terutama dalam pembelajaran IPS di SD.
Peserta didik akan memperoleh lebih banyak dari hasil proses pembelajaran apabila belajar dilakukan dengan proses yang kreatif dan menyenangkan. Hal ini tidak terjadi apabila pembelajaran masih menggunakan pandangan lama, yaitu pembelajaran yang dilakukan melalui jadwal yang ketat dan penuh disiplin.
Dalam proses belajar aktif, peserta didik diharapkan mampu memilih strategi dan sumber belajar yang tepat berdasarkan kesadarannya akan perkembangan belajarnya. Akan tetapi dalam proses mengelola proses belajar itu, sebagai seorang yang belum berpengalaman, peserta didik membutuhkan dukungan atau bantuan dari orang yang lebih dewasa atau lebih berpengalaman agar proses belajar peserta didik lebih terarah. Segala upaya dan cara untuk membantu peserta didik meningkatkan kemampuan perkembangan belajarnya inilah yang disebut sebagai scaffolding.

2.      Menerapkan Pembelajaran Konstruktivis dengan Pendekatan Kontekstual
Pandangan konstruktivisme berpendapat bahwa, pada dasarnya belajar dilakukan melalui konstruksimpeserta didik terhadap pengalaman belajar. Informasi yang diperoleh dalam proses belajar dikonstruksi oleh masing-masing peserta didik dengan dikaitkan kembali dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya. Jadi implikasinya adalah, bahwa dalam proses pembelajaran, hendaknya pengalaman atau informasi baru disampaikan dengan mengaitkan berbagai hal yang sudah familiar dalam kehidupan sehari-hari peserta didik, atau menjalinkannya dengan pengalaman hidup sehari-hari. Pendekatan ini disebut pembelajaran kontekstual.
            Belajar adalah tentang bagaimana mengkonstruksi pengetahuan. Belajar bukan hanya sekedar tentang mendapatkan dan mengorganisasikan informasi, tetapi lenih bagaimana informasi itu bisa lebih bermakna bagi peserta didik. Implikasinya bahwa dalam pembelajaran, peserta didkklah yang seharusnya lebih aktif mengkonstruksi pengetahuan yang mereka dapatkan sendiri. Guru dalam hal ini hanya sekedar mendampingi untuk mengarahkan dan memfasilitasi peserta didik dalam proses menemukan dan mengolah informasi dari proses pembelajaran. Proses belajar harus menyenangkan dan kreatif serta dikontekstualisasikan dengan kehidupan peserta didik sehari-harinya (Joyce, 2002).

3.      Terlibat Secara Emosional
Perilaku guru dalam membangun interaksi dengan peserta didik juga menentukan keaktifan peserta didik di kelas. Peserta didik adalah makhluk sosial, oleh karenanya secara otomatis akan merespon interaksi berdasarkan implus emosional yang diberikan. Meskipun strategi dan model pembelajaran yang sama, namun apabila dibawakan oleh guru yang berbeda, maka akan membawa hasil yang berbeda pula.
Pendidik harus memberikan kepercayaannya kepada peserta didik agar mereka juga memberikan kepercayaan kepada pendidik untuk membimbing proses belajar mengajar mereka. Dalam prinsip Quantum Teaching hal ini disebut sebagai jembatan keledai atau mnemonic (De Porter, 2002). “masukkan dunia peserta didik ke dunia anda dan antarkan dunia anda ke dunia peserta didik”. Dengan memegang prinsip tersebut, berarti pendidik hendaknya membangun komunikasi emosional yang erat dengan peserta didik.
Prinsip pembelajaran Quantum Teaching yang berdasar keterlibatan secara emosional ini, dapat dilakukan dengan cara merancang seting pembelajaran yang disesuaikan dengan dunia peserta didik sebagai dunia anak-anak dan dunia remaja. Guru hendaknya dapat menunjukkan sikap yang tulus untuk membantu peserta didik. Prinsip pembelajaran ini, guru dituntut untuk memiliki kecerdasan kognitif (IQ) yang bagus untuk mengelola pembelajaran dan kecerdasan emosional (EQ) yang bagus untuk memahami karakter peserta didik sehingga mampu menciptakan sikap yang tepat dalam proses belajar mengajar.

4.      Melibatkan Peserta Didik Dalam Semua Proses dan Aktivitas
Dengan keterlibatan peserta didik secara penuh dalam semua proses pembelajaran, pada gilirannya akan semakin meningkatkan perasaan harga diri peserta didik (Self-efficacy). Melalui keyakinan seseorang yang kuat akan kemampuannya untuk mengerjakan tugas-tugas dalam proses belajar mengajar, memungkinkan untuk memberikan dorongan yang lebih kepada seseorang dalam pencapaian hasil belajar lebih maksimal. Self-efficacy akan semakin meningkatkan minat, motivasi dan keaktifan seseorang dalam proses pembelajaran.

5.      Melibatkan Semua Modalitas
Peserta didik pasti memiliki latar belakang psikologis, mental, religiusitas dan latar belakang sosial yang berbeda-beda. Dalam proses belajar mengajar peserta didik memiliki Modalitas Belajar masing-masing yang berbeda, yaitu modalitas Visual, Auditorial, dan Kinestetik.
Modalitas visual adalah kecerendungan dimana peserta didik lebih mudah memahami pengalaman baru melalui bentuk visual, gambar, video, lanskap, bagan, dan sebagainya. Modalitas auditorial adalah kecerendungan dimana peserta didik lebih mudah memahami pengalaman belajar melalui proses mendengarkan, baik ceramah, music maupun diskusi. Sedangkan modalitas kinestetik yaitu kecerendungan dimana peserta didik lebih mudah belajar melalui rangsangan gerak tubuh. Untuk merangsang minat, motivasi, dan keaktifan belajar peserta didk, maka proses pembelajaran hendaknya melibatkan semua aspek modalitas.

6.            Membelajarkan Bagaimana Cara Belajar
Guru hendaknya bukan hanya mengajarkan tentang materi pembelajaran, akan tetapi juga dapat membelajarkan bagaimana cara belajar. Peserta didik dilatih untuk memiliki keterampilan belajar seperti bagaimana cara mencatat dan membaca buku yang efektif, bagaimana mengelola informasi, bagaimana membuat peta konsep, bagan, rancangan dan menulis laporan yang baik, bagaimana cara mencari dan memanfaatkan sumber belajar di sekitar lingkungan peserta didik dan sebagainya.

7.            Menggunakan Assesment yang Autentik Pada Semua Aspek
Tujuan pendidikan adalah dapat mencetak generasi yang memiliki pengetahuan yang bagus, mengembangkan sikap dan karakter peserta didik serta keterampilan sosial yang bagus, untuk membentuk jati diri sebagai manusia Indonesia.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dalam pembelajaran hendaknya memperhatikan proses kognitif, perkembangan sikap, karakter, dan pencapaian keterampilan sosial. Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar, assessment yang digunakan mampu menggambarkan perkembangan tiga ranah sekaligus, baik Kognitif, Afektif, maupun Psikomotor. Assesment yang digunakan dengan melihat ketiga ranah ini disebut assessment autentik.



























BAB III PENUTUP


A.       Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran IPS di SD memiliki beberapa problematika yang perlu dicari solusinya sebagai calon pendidik. Berbagai problematika yang dihadapi dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, seperti kurangnya minat dan keaktifan peserta didik, anggapan bahwa IPS sebagai pelajaran yang tidak penting dan membosankan, sebenarnya disebabkan karena penerapan pendekatan dalam pembelajaran yang masih menganut cara lama, yakni teacher center. Solusi untuk menyelesaikan berbagai problematika tersebut adalah dengan menerapkan pembelajaran konstruktivis dengan pendekatan kontekstual yang sangat memungkinkan kreatifitas para peserta didik dapat berkembang dengan lebih baik. Selain itu guru juga harus memperhatikan perbedaan individu dengan melibatkan seluruh modalitas belajar, baik secara visual, auditorial, dan kinestetik. Sehingga peserta didik dengan latar belakang yang berbeda akan lebih mudah memahami proses pembelajaran. Guru juga dituntut mampu membangun hubungan interpersonal secara lebih dekat  dan melibatkan peserta didik secara emosional untuk menarik minat dan kepercayaan peserta didik. Untuk keberhasilan dalam proses belajar mengajar, guru juga harus mengajarkan bagaimana cara belajar yang baik dan benar. Kemudian terakhir proses belajar mengajar juga hendaknya menggunakan assessment yang sesuai. Assesmen autentik merupakan model evaluasi dan penilaian hasil belajar untuk diterapkan dengan berbagai pendekatan dan strategi pembelajaran.

B.        Saran

Berdasarkan pembahasan diatas, saran yang dapat diambil sebagai calon pendidik adalah dengan memperhatikan pembahasan yang sudah disebutkan. Dengan memperhatikan berbagai fenomena problematika dalam pembelajaran IPS di SD, sebagai calon pendidik hendaknya kita belajar dan memahami berbagai solusi diatas agar nantinya kita dapat menerapkan proses belajar mengajar yang baik dalam pembelajaran IPS SD maupun di mata pelajaran yang lain.









































                                               DAFTAR PUSTAKA       



Problematika dalam Pembelajaran IPS di SD. (2015). Prosiding Nasional Seminar dan Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah, 129-136.
Ramadhani, P. P. (2015, Mei 30). Pendidikan IPS : Problematika Pembelajaran IPS di Sekolah-Guru. Retrieved from MALACHITE: https://putripusparamadhani.wordpress.com/2015/05/30/pendidikan-ips-problematika-pembelajaran-ips-di-sekolah-guru/



1 comment:

  1. Lucky Club Casino Site - Lucky Club Live
    Lucky Club is a casino of choice for you to enjoy, and it is located in the heart of the South African gambling world. This online luckyclub.live gaming company is located

    ReplyDelete